Dan kini kubalikkan tubuhnya. Dia telah tengkurap. Aku merangkaki punggungnya. Kujilati kuduknya hingga dia menjerit kecil. Kujilati punggung dan kedua belikatnya. Dia mengaduh. Kemudian kujilati pinggulnya hingga dengan liarnya dia menggelinjang. Dan saat kujilati bukit bokongnya serta kumasukkan lidahku ke belahan bokongnya, dia tak mampu lagi menahan diri. Dia in
gin agar aku menjilatinya
lebih dalam lagi. Dengan kepalanya yang masih bertumpu pada bantal, dia
mengangkat pantatnya tinggi-tinggi hingga seluruh pantatnya terbenam ke
wajahku.
"Mbak Marinii.., jilati iniku Mbaakk.., jilati pantatku Mbakk.., jilati lubangnya Mbakk.., ayoo Mbakk.., jilati Mbakk.., aku mohon mbaakk".
Ah, Surti nampak sangat menderita. Sangat tersiksa. Dia merintih. Dia memohon padaku untuk menjilati pantatnya. Menjilati lubang duburnya, seperti saat dia menjilati lubang duburku tadi. Rupanya dia juga memintaku untuk melakukan hal yang sama sebagaimana dia telah melakukannya padaku. Aku segera memahaminya. Dan bagiku, hal itu adalah bentuk kepasrahan Surti yang dipercayakannya padaku. Surti ingin membagi kenikmatan birahi
"Mbak Marinii.., jilati iniku Mbaakk.., jilati pantatku Mbakk.., jilati lubangnya Mbakk.., ayoo Mbakk.., jilati Mbakk.., aku mohon mbaakk".
Ah, Surti nampak sangat menderita. Sangat tersiksa. Dia merintih. Dia memohon padaku untuk menjilati pantatnya. Menjilati lubang duburnya, seperti saat dia menjilati lubang duburku tadi. Rupanya dia juga memintaku untuk melakukan hal yang sama sebagaimana dia telah melakukannya padaku. Aku segera memahaminya. Dan bagiku, hal itu adalah bentuk kepasrahan Surti yang dipercayakannya padaku. Surti ingin membagi kenikmatan birahi