Monday, September 10, 2012

aku wanita penggoda part3

Di kereta menuju Yogya, pikiranku hanya tercenung ke ayahku. Sampai di Yogya pada pagi harinya, Bibi Nani menjemputku di stasiun KA. Ibuku mengirimku ke Yogya dengan tujuan kalau aku bisa berubah dan kuliah di Yogya, ini disebabkan Bibi Nani adalah seorang kepala sekolah agama, beliau terpaut dengan ibuku 15 tahun, Bibi Nani usianya 30 tahun, ibuku usianya 45 tahun, sedangkan Ayah usianya 47 tahun
.

Bibi Nani adalah seorang yang taat agamanya, selain sebagai kepala sekolah Aliyah, malam harinya pasti bersama-sama ibu-ibu tetangganya melakukan pengajian, inilah yang ibuku pikirkan kalau aku ikut bersama Bibi Nani, aku bisa belajar ngaji lebih banyak, tetapi pikiran ibuku sangat berbeda dengan pikiranku, makanya suami Bibi Nani, yaitu Paman Hendi tergoda juga olehku. Paman Hendi usianya 2 tahun lebih muda dari Bibi Nani, dia seorang guru olahraga di sebuah SMP Negeri di kota Jogja. Bibi dan Paman sudah dua tahun menikah tapi kehadiran seorang anak belum didapatkannya.


Satu Minggu sudah aku tinggal di Jogja, rasa kangenku atas sentuhan ayah tiba-tiba bangkit. Hari itu adalah hari Jumat, kira-kira jam 01.00 siang aku pulang dari kampus-kampus untuk mendaftar kuliah, ketika aku masuk rumah kulihat ada sarung dan sejadah di atas meja tamu, aku agak takut karena biasanya paman dan bibi baru pulang dari sekolah pada sore hari, tiba-tiba di ruang dapur ada suara lemari es terbuka. Dengan agak takut aku menuju dapur, begitu sampai di dapur rupanya Paman Hendi sedang mempersiapkan makan siang.


"Eh.. Paman.. sudah sampai.. biasanya pulang sore.. Paman..?"

"Iya.. Paman pulang agak cepat, rasanya Paman sakit perut, kamu baru pulang dari mana?"
"Nov.. muter-muter Yogya, habis cari tempat kuliah.."
"Ooohh.. Kamu sudah makan belum.. biar sekalian Paman siapkan.."
"Eh.. Paman istirahat saja.. biar Nov yang siapkan makan siangnya.."
"Kamu bisa.. kalau begitu terima kasih deh.. Paman di kamar yach.. nanti kalau sudah siap tolong bangunin Paman!"
"Baik Paman.. biar Nov.. aja.."

Paman lalu meninggalkanku di dapur menuju kamar tidurnya, aku pun ke kamarku untuk ganti baju lalu mempersiapkan makan siang. 15 menit kemudian setelah makan siang kusiapkan di atas meja makan, aku ke kamar tidur paman untuk membangunkannya. Kubuka pintu kamar tidur paman, kulihat paman sedang tidur di tempat tidurnya, paman hanya mengenakan kaus dan celana pendek. Perlahan-lahan aku dekati paman yang sedang tidur. Begitu dekat dengan paman, pandanganku terpaku pada batang kemaluan paman yang agak menonjol dari balik celana pendeknya, rasa kangenku terhadap lelaki muncul, aku lalu duduk di sebelah paman, tanganku mengusap batang kemaluannya yang ada di balik celananya dengan perlahan, karena nafsuku tiba-tiba melonjak, batang kemaluannya mulai kuremas-remas. Tiba-tiba paman terbangun.


"Hah.. kamu ngapain Nov, astaga.. kamu ini.."

"Maaf Paman, nafsu birahi saya lagi memuncak nih."
"Tapi.. kamu.. Nov.. kamu ini.. gila.."
"Tidak.. Paman.. saya tidak gila.. saya ingin Paman bisa memuaskan nafsu saya.. karena sudah 1 minggu saya tidak tersentuh lagi dari ayah.."
"Jad.. jadi.. kamu sama ayahmu..?"

Paman tidak meneruskan kata-katanya lagi selain melongo melihatku mulai melepaskan baju daster, BH sehingga celana dalamku dimana aku langsung bugil. Paman tidak berkedip melihatku yang bugil berdiri di hadapan paman. Payudaraku yang putih mancung dan vaginaku yang merekah seakan menantang pamanku. Aku lalu duduk disamping paman yang duduk terbengong di tempat tidur, tanganku mulai meremas lagi batang kemaluannya, sedangkan tanganku yang satu memegang tangannya lalu kutuntun ke arah vaginaku. Bibirnya yang tipis mulai kuciumi, Paman hanya mengikuti keinginanku saja. Paman mulai membalas ciumanku pada bibirnya, lidahnya dikeluarkan dan dipautkan dengan lidahku. Paman mulai meningkat nafsunya, tangannya terus mengorek vaginaku lebih ke dalam lagi, jarinya ditusukkan masuk ke liang vaginaku hingga menyentuh biji klitorisku.


Setelah cukup puas memainkan tangan dan jarinya di vaginaku. Paman lalu menarik celana pendeknya hingga ke dengkulnya, rupanya paman tidak mengenakan celana dalam sehingga otomatis batang kemaluannya yang sudah tegang setelah kuremas-remas kini terpampang jelas di hadapanku. Batang kemaluan paman ukurannya agak kecil dari punya ayahku, tapi urat-urat pada batangnya lebih keluar.

"Paman, batang Paman uratnya gede-gede yach, sampai menonjol, rasanya sakit nggak sih?"
"Tidak sayangku, tapi Paman yakin Novi pasti lebih puas deh selesai mencoba daripada punya ayahmu."
"Ah, Paman bisa aja nih, mana mungkin?"
"Coba aja buktikan."

Tanpa banyak bicara lagi batang kemaluan paman langsung kupegang dan mulai kuciumi perlahan-lahan. Bau khas batang paman membuatku makin bernafsu maka cepat-cepat kukulum, kujilat dan kugigit batang kemaluan paman. Aku layaknya seorang anak kecil menikmati coklat batangan, rasanya aku tidak ingin melepaskan mulutku dari batang paman. Paman mulai gelisah menggelinjang kenikmatan menikmati serbuanku pada batangnya. Kepalaku diusap-usap kedua tangannya. Hampir 30 menit lamanya batang paman kuhisap dan mulai basah oleh ludahku sendiri, sementara vaginaku mulai kembang kempis. Aku lalu berdiri di atas badan pamanku, lalu batangnya paman kuarahkan ke vaginaku, sementara tangan paman melingkari tubuhku.

Setelah posisi batang kemaluan paman sudah tepat di bibir vaginaku, aku menekan ke bawah sehingga tertusuklah vaginaku dengan batang paman walau hanya kepalanya saja yang baru bisa masuk. 10 kali aku memberikan hentakan dengan bantuan paman, akhirnya masuklah seluruh batang paman ke dalam vaginaku. Batang paman kerasnya luar biasa, seperti pentungan polisi menghentak liang vaginaku, kerasnya batang paman mungkin disebabkan paman sering berolahraga. Hentakan batang paman ke vaginaku dilakukan berkali-kali.
"Aaahh.. aarrgghh.. aarrghh.. sshh.. Paman.. batang Paman keras sekali.. enak.. deh.. nyodok.. vagina Nov.. rasanya vagina Nov.. melebar nich.."
"Nov.. heegh.. heeghh.. vaginamu juga.. nikmat.. sekali.. rasanya.. lebih.. nikmat.. dari punya.. Bibimu.. wah.. Ppaman jadi ketagihan nih.."

Satu jam lamanya batang paman yang keras sekali menembus vaginaku, bobol-lah pertahananku dimana vaginaku banyak sekali mengeluarkan cairan putih dan hangat membasahi batang paman yang masih tertancap dalam vaginaku. Saking banyaknya cairan yang keluar dari vaginaku hingga meleleh ke paha kami berdua. "Aaah.. aahh.. Paman.. enak sekali.. aahh hh.. arrghh.. sshh.. sshh.. Nov.. ke.. keluar.. nih.."


Lemaslah tubuhku menimpa paman yang sedang asyik melumatkan payudaraku yang putih, montok dan kenyal yang lagi dihisap-hisap oleh pamanku. Paman lalu memutarkan badanku dimana batang paman masih tertancap di vaginaku hingga sekarang posisiku sekarang duduk di atas membelakangi pamanku, kemudian tubuhku diangkat dan dijatuhkan di tempat tidurnya, jadi posisi kami sekarang aku menungging dan paman berdiri dengan dengkulnya. Batang paman yang masih menancap lalu ditekannya berkali-kali ke vaginaku, kedua tangannya memegangi pantatku sedangkan aku terbaring lemas. "Agh.. agh.. aghh.. Nov.. vaginamu.. memang enak sekali.. rasanya.. agh.. agh.. agh.. sshh.. sshh.."


Batang paman yang keras menghujam lagi ke vaginaku berkali-kali sampai kira-kira satu jam kemudian aku mengeluarkan cairan dari vaginaku untuk kedua kalinya dan paman pun mengeluarkan cairan yang banyak sekali dimana paman menumpahkannya cairan paman yang hangat di punggungku karena paman terlebih dulu menarik batangnya dari vaginaku sebelum mengeluarkan cairan. "Aaahh.. aahh.. sshh.. sshh.. Nov.. vaginamu.. luar biasa deh.. baru kali ini paman mengeluarkan cairan segini banyaknya.. lain kali lagi yach.. aahh.."


Lemaslah tubuh paman sambil memeluk tubuhku dimana batang paman yang masih keras walau mengeluarkan cairan yang banyak menyundul pantatku. Sementara aku pun sedang terbaring lemas dimana vaginaku basah oleh cairanku sendiri dan punggungku basah oleh cairan pamanku. Kami pun tertidur selama kurang lebih 1/2 jam ketika jam berdentang pukul 04.00 sore.


"Nov.. vaginamu enak sekali deh.. boleh paman coba lagi lain waktu."

"Boleh dong.. Paman.. tapi lain kali cairan Paman dibuangnya di dalam vagina Nov aja.. yach!"
"Iya.. deh.. sayang.. makasih.. ya.."
"Iya.. Paman."

Kukecup bibir pamanku lalu kutinggalkan pamanku yang terbaring bugil, aku pergi ke kamarku lalu mandi. Selesai mandi ketika aku mau makan makanan yang dari siang tadi sudah kusiapkan sementara paman juga sudah selesai dari mandi dan akan makan bersamaku. Pulanglah bibiku dari kerjanya.


"Loh.. Ayah sudah pulang?"

"Kok cepet Yah?"
"Badanku agak sakit jadi jam 2 tadi aku sudah pulang, untung keponakanmu Novi, bisa masak jadi baru sekarang aku bisa makan setelah tidur."
"Wah.. Nov.. hebat yach.. bisa masak juga, kamu pulang jam berapa dari daftar ke kampus?"
"E.. e.. jam 04.00 sore.. Bi.."

Kujawab pertanyaan bibiku sambil tersenyum ke arah pamanku yang juga tersenyum kepadaku dimana sebenarnya aku telah membohongi bibiku sendiri. Bibiku lalu meninggalkan aku dengan suaminya di meja makan untuk berganti baju. Aku lalu berbisik pada pamanku.

"Paman, ma'afin Nov yach, sudah membohongin Bibi, Paman jangan ngadu yach..!"
"Enggak.. Nov.. Paman nggak akan ngadu.. malah Paman terima kasih kamu telah berbohong pada bibimu, soalnya Paman juga takut sama Bibimu, pokoknya kejadian tadi siang jadi rahasia kita berdua.. yach?"
"Oke.. Paman!"

Hari berganti hari membuat hubunganku dengan Paman Hendi semakin intim layaknya suami istri dan tentu saja kami lakukan jika Bibi Nani tidak di rumah. Selain di rumah, kami juga sering melakukan di Parang Tritis. Hubungan kami berlangsung selama 1,5 bulan di saat aku pun sudah terdaftar jadi mahasiswi di sebuah akademi di Jogja dan mulai tercium oleh Bibi Nani. Hari itu hari Jum"at, seperti biasa Paman pulang dari sekolahan dan setelah lepas sembayang Jum'at kami pasti janjian di rumah untuk melakukan hubungan suami istri, di saat Paman sedang telanjang di atas tubuhku yang juga telanjang, Bibi Nani langsung masuk kamarnya. Dia langsung menjerit dan pingsan melihat kami. Aku dan paman pun lalu menghentikan perbuatan kami dan merasakan keheranan atas kepulangan Bibi yang lebih awal dari biasanya.


Setelah siuman Bibi Nani menyidangi aku dan suaminya, dengan perasaan menyesal dan minta maaf akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan kota Jogja dan statusku sebagai mahasiswi untuk kembali ke Jakarta. Tetapi setelah Bibi Nani dan Ibuku bicara melalui telepon malam itu, akhirnya ibuku yang masih marah kepadaku memutuskan untuk tidak kembali ke Jakarta tapi aku disuruh ke Surabaya untuk tinggal dengan Pakde Gatot yang merupakan kakak tertua ibuku.

Bersambung...
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

widgets.amung

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

uncopy imej